Rabu, Agustus 20, 2025
  • Tentang Kami
  • Pedoman Penulisan
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Kaltara
    • Bulungan
    • Tarakan
    • Nunukan
    • Malinau
    • Tana Tidung
  • Pemerintahan
  • Parlementer
  • Politik
  • Hukum & Kriminal
  • Ragam
    • Teknologi
    • Pendidikan
    • Sport
    • Kuliner
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • Advetorial
    • Nasional
    • Internasional
    • Investigasi
  • Opini
No Result
View All Result
  • Kaltara
    • Bulungan
    • Tarakan
    • Nunukan
    • Malinau
    • Tana Tidung
  • Pemerintahan
  • Parlementer
  • Politik
  • Hukum & Kriminal
  • Ragam
    • Teknologi
    • Pendidikan
    • Sport
    • Kuliner
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • Advetorial
    • Nasional
    • Internasional
    • Investigasi
  • Opini
No Result
View All Result
PRESS
No Result
View All Result
Home Opini

OPINI: Dalam lapar, mereka menolong kita—Palestina dan hutang solidaritas Indonesia

Oleh: Pizaro Gozali Idrus

Redaksi by Redaksi
19 Agustus 2025
in Opini
Pertemuan delegasi Indonesia dengan Ali Taher di Mesr. (Foto: Zein Hassan dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri)

Pertemuan delegasi Indonesia dengan Ali Taher di Mesr. (Foto: Zein Hassan dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri)

Share on FacebookShare on Twitter

IBMNews.com – Delapan dekade bukan waktu sebentar bagi sebuah bangsa untuk berdiri, tumbuh, dan belajar memaknai kemerdekaannya. Indonesia hari ini telah menapaki usia ke-80 tahun sejak proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945.

Kita mengenang jasa para pahlawan, mengibarkan bendera, menyanyikan lagu perjuangan, dan merayakan kemerdekaan dengan penuh kebanggaan.

Namun di tengah gegap gempita perayaan, ada baiknya kita berhenti sejenak—merenung dalam diam. Sebab kemerdekaan Indonesia sejatinya bukan hanya buah dari keringat dan darah anak bangsanya sendiri, tapi juga terbangun dari doa-doa yang lirih, dari tangan-tangan yang tak terlihat, dan dari hati-hati tulus di tanah yang jauh, yang tak pernah lelah berharap kebaikan bagi perjuangan Indonesia.

Salah satunya datang dari Palestina. Pada tahun 1948, ketika Indonesia masih tertatih menghadapi Agresi Militer Belanda dan dunia belum sepenuhnya mengakui kedaulatan negeri ini, sebuah dukungan mengalir dari tanah yang jauh. Syekh Ali Taher, seorang tokoh Palestina, mengirimkan bantuan sebesar USD 150.000 untuk mendukung perjuangan diplomasi Indonesia. Sebuah angka yang sangat besar di zamannya—dan menjadi jauh lebih berarti karena datang dari bangsa yang saat itu, dan bahkan hingga kini, belum menikmati kemerdekaannya sendiri.

Dukungan-dukungan inilah yang membuat Wakil Presiden Bung Hatta menemui Mufti Palestina dan tokoh-tokoh Arab lainnya seusai menghadiri Konferensi Meja Bundar tahun 1949. “Beliau mengambil kesempatan itu untuk mengucapkan terimakasih kepada segala pihak yang menyokong perjuangan Indonesia sampai menang,” tulis Zein Hassan dalam Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri.

Namun, dukungan itu tak berhenti di halaman sejarah kemerdekaan. Ia melampaui batas waktu dan terus hadir dalam bentuk kepedulian yang nyata. Jauh setelah Indonesia merdeka, Palestina tetap menunjukkan cintanya.

Ketika Yogyakarta dilanda gempa pada tahun 2006, rakyat Palestina—yang saat itu hidup di bawah penjajahan dan blokade yang menyesakkan—ikut menggalang dana untuk membantu. Di tengah perut yang lapar dan kehidupan yang serba kekurangan, mereka tetap menyisihkan apa yang mereka punya. Sebab bagi mereka, memberi bukan soal mampu, tapi soal peduli.

Ketika Sumatera Barat dilanda gempa pada tahun 2009, mereka kembali hadir—mengirimkan bantuan dari negeri yang sendiri masih terluka. Dan saat pandemi COVID-19 melanda dunia pada 2021, mereka kembali menunjukkan kepeduliannya: mengirimkan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis Indonesia.

Padahal mereka sendiri hidup dalam kekurangan, di bawah penjajahan, di tengah krisis kemanusiaan yang tak pernah reda. Tapi bagi mereka, solidaritas bukan soal kelapangan, melainkan soal kemanusiaan. Bukan soal berapa yang bisa diberi, tapi seberapa tulus hati ikut peduli.

Kisah-kisah ini bukan sekadar fragmen sejarah yang patut dikenang—ia adalah cermin bagi kita semua. Bahwa kemerdekaan tak pernah lahir sendirian, dan bahwa solidaritas yang paling murni tak selalu datang dari mereka yang kuat, tapi justru dari hati-hati yang penuh empati, meski dalam kesempitan.

Hari ini, saat kita menikmati kemerdekaan penuh selama 80 tahun, Palestina masih berjuang untuk bebas. Mereka belum merdeka, tetapi mereka tak pernah absen untuk Indonesia —di tengah genosida, kelaparan, dan kehilangan nyawa. Dari era revolusi hingga reformasi, ada sebuah fakta yang harus terus kita renungkan: Meski belum Merdeka, Palestina tak pernah meninggalkan kita.***

Penulis adalah Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute. Tulisan ini disarikan dari seminar bertajuk Peran Palestina dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Poltekkes II Kementerian Kesehatan, Jakarta pada 16 Agustus 2025.

Terkait

Previous Post

Pimpin HUT ke-80 Republik Indonesia, Gubernur Ajak Masyarakat Menjaga Nasionalisme NKRI

Next Post

Ketua MUI: Selama Palestina masih dijajah, kemerdekaan dunia belum utuh

Redaksi

Redaksi

Next Post
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim

Ketua MUI: Selama Palestina masih dijajah, kemerdekaan dunia belum utuh

  • Trending
  • Comments
  • Latest

Gubernur Usulkan 1.503 Formasi CASN 2024 ke BKN

2 Februari 2024

Vonis Kapitalis – Analisis Hukum dan Retorika Hakim

4 Agustus 2025
Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indoensia

Pimpin HUT ke-80 Republik Indonesia, Gubernur Ajak Masyarakat Menjaga Nasionalisme NKRI

17 Agustus 2025

Jurnalis Al-Jazeera, Anas Al-Sharif dan Beberapa Lainnya Gugur dalam Serangan Udara Israel

19 Agustus 2025

Gubernur Usulkan 1.503 Formasi CASN 2024 ke BKN

15824

6 remaja Tengelam, 4 Selamat,1 orang Hilang, 1 Meninggal

1214

Gantikan Arief Hidayat, Rahmat Majid Siap Tuntaskan Pekerjaan Yang Belum Terselesaikan

347

Effendhi Djuprianto Resmi Tinggalkan Golkar

1471

Jurnalis Al-Jazeera, Anas Al-Sharif dan Beberapa Lainnya Gugur dalam Serangan Udara Israel

19 Agustus 2025
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim

Ketua MUI: Selama Palestina masih dijajah, kemerdekaan dunia belum utuh

19 Agustus 2025
Pertemuan delegasi Indonesia dengan Ali Taher di Mesr. (Foto: Zein Hassan dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri)

OPINI: Dalam lapar, mereka menolong kita—Palestina dan hutang solidaritas Indonesia

19 Agustus 2025
Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indoensia

Pimpin HUT ke-80 Republik Indonesia, Gubernur Ajak Masyarakat Menjaga Nasionalisme NKRI

17 Agustus 2025

Recent News

Jurnalis Al-Jazeera, Anas Al-Sharif dan Beberapa Lainnya Gugur dalam Serangan Udara Israel

19 Agustus 2025
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim

Ketua MUI: Selama Palestina masih dijajah, kemerdekaan dunia belum utuh

19 Agustus 2025
Pertemuan delegasi Indonesia dengan Ali Taher di Mesr. (Foto: Zein Hassan dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri)

OPINI: Dalam lapar, mereka menolong kita—Palestina dan hutang solidaritas Indonesia

19 Agustus 2025
Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indoensia

Pimpin HUT ke-80 Republik Indonesia, Gubernur Ajak Masyarakat Menjaga Nasionalisme NKRI

17 Agustus 2025
 PRESS

© 2025 - Ibmnews.com

  • Tentang Kami
  • Pedoman Penulisan
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer

No Result
View All Result
  • Kaltara
    • Bulungan
    • Tarakan
    • Nunukan
    • Malinau
    • Tana Tidung
  • Pemerintahan
  • Parlementer
  • Politik
  • Hukum & Kriminal
  • Ragam
    • Teknologi
    • Pendidikan
    • Sport
    • Kuliner
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • Advetorial
    • Nasional
    • Internasional
    • Investigasi
  • Opini

© 2025 - Ibmnews.com